BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebelum
kita membahas apa itu Afiksasi, kita harus tahu dulu apa itu Afiks? Afiks
adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar. Pembahasan
mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi.
Namun demikian, pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang
menyeluruh dan berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh terbatasnya jenis
afiks dari bahasa yang dianalisis atau belum adanya analisis yang lebih mendalam
mengenai afiks.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses morfologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi, dan Proses Pemajemukkan.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses morfologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi, dan Proses Pemajemukkan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan afiksasi ?
2. Apa saja afiks-afiks pembentukkan Verba
?
3. Apa saja afiks-afiks Pembentukan
Adjektiva ?
4. Apa saja afiks-afiks pembentukan
Adverbia ?
1.3
Tujuan
Tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah mengetahui mengenai pembentukan afiks verba, pembentukan
afiks adjektif dan pembentukan afiks adverbia serta untuk menambah pengetahuan
dan mempermudah proses pembelajaran serta bermanfaat bagi kita semua.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pembentukan Afiks Verbal
Afiksasi adalah salah satu proses dalam pembentukan kata
turunan baik berkategori verba, berkategori nomina maupun yang berkategori
ajektiva.
Afiks-afiks pembentukan verba adalah:
1) prefiks ber-
2) konfiks dan klofiks
ber-an
3) klofiks ber-kan
4) sufiks –kan
5) sufiks –i
6) prefiks per-
7) konfiks per-kan
8) konfiks per-i
9) prefiks me-
10) prefiks di-
11) prefiks ter-
12) prefiks ke-
13) konfiks ke-an
1. Verba
Berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba
dengan prefiks ber- dapat berupa:
(1)
Morfem dasar terikat, seperti terdapat pada
kata bertempur, berkelahi, berjuang bertikai dan berhenti. Bentuk
dasarnya yang berupa morfem dasar terikat: tempur, kelahi, juang,
tikai, dan henti.
(2)
Morfem dasar bebas, seperti terdapat pada
kata berladang, beternak, bekerja,
bernyanyi, dan bergaya. Bentuk dasarnya yang berupa
morfem dasar bebas:ladang, ternak, kerja, nyanyi, dan gaya.
(3) Bentuk turunan berafiks, seperti terdapat pada kata berpakaian (bentuk
dasarnya pakaian), beraturan (bentuk
dasarnya aturan), berkekuatan (bentuk
dasarnya kekuatan), berkebangsaan ( bentuk dasarnya
kebangsaan ), berpenghasilan ( bentuk dasarnya penghasilan
) dan berpendapatan ( bentuk dasarnya pendapatan ).
Jadi, di sini prefiks ber- diimbuhkan pada dasar yang terlebih
dahulu sudah diberi afiks lain
(4) Bentuk turunan reduplikasi, seperti terdapat pada
kata berlari (bentuk
dasarlari-lari), berkeluh-kesah (bentuk
dasar keluh-kesah) dan berilmu
pengetahuan (bentuk
dasar ilmu-pengetahuan).
(5)
Bentuk turunan hasil komposisi, seperti
terdapat pada kata berjual Beli (bentuk dasar jual beli), bertemu
muka (bentuk dasar temu muka), danbergunung api (bentuk
dasar gunung api).
Makna gramatikal verba berprefiks ber- yang
dapat dicatat, antara lain yang menyatakan:
(1) mempunyai
(dasar) atau ada (dasar)nya.
(2) memakai
atau menggunakan (dasar).
(3) mengendarai
atau menumpang/naik (dasar).
(4) berisi atau mengandung (dasar).
(5) mengeluarkan atau menghasilkan
(dasar).
(6) mengusahakan atau mengerjakan
(dasar).
(7) melakukan (dasar).
(8) mengalami atau berada dalam keadaan
(dasar).
(9) menyebut atau menyapa (dasar).
(10) kumpulan atau kelompok (dasar).
(11) memberi.
A. Verba berprefiks
ber- memiliki makna gramatikal ′mempunyai (dasar) ′ atau ′ada (dasar) nya′. Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+
benda), (+ umum), (+milik) dan atau (+ bagian). Perhatikan contoh:
- berjendela ′ada jendelanya′ - berkewajiban ′mempunyai
kewajiban′.
B. Verba berprefiks
ber- memiliki makna gramatikal ′memakai′ atau ′mengenakan′. Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+
pakaian) atau (+ perhiasan). Simak contoh berikut:
- berjilbab ′memakai jilbab′ - berjaket kulit ′memakai
jaket kulit′.
C. Verba berprefiks
ber- memiliki makna gramatikal ′mengendarai′, ′menumpang′, atau ′naik′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
kendaraan). Simak cntoh berikut:
- bersepeda ′mengendarai sepeda′ - berkuda ′naik kuda′.
D. Verba berprefiks
ber- memiliki makna gramatikal ′berisi′ atau ′mengandung′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
benda), (+dalaman), (+ kandungan). Simak contoh berikut:
- beracun ′mengandung racun′ - berkuman ′mengandung
kuman′
E. Verba berprefiks
ber- memiliki makna gramatikal ′mengeluarkan atau menghasilkan′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
benda), (+ hasil), atau (+ keluar). Perhatikan contoh:
- berproduksi ′menghasilkan produksi′ - bertelur ′mengeluarkan
telur′.
F. Verba berprefiks
ber- memiliki makna gramatikal ′mengusahakan′ atau ′mengupayakan ′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
bidang usaha). Perhatikan contoh: - beternak ′mengusahakan ternak′ - bercocok tanam
′mengusahakan cocok tanam′.
G. Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′melakukan kegiatan′ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda)
dan (+ kegiatan). Simak contoh berikut:
- berdebat ′melakukan debat′ - berolahraga ′melakukan
olahraga′.
H. Verba berprefiks
ber- memiliki makna gramatikal ′mengalami′ atau ′berada dalam keadaan′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
perasaan batin). Simak contoh berikut:
- bergembira ′dalam keadaan gembira′ - berduka cita ′dalam keadaan duka cita′.
I. Verba berprefiks
ber- memiliki makna gramatikal ′menyebut′ atau ′menyapa′ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
kerabat) dan (+ sapaan). Simak contoh berikut:
- berkakak ′menyebut kakak′ - bertuan ′memanggil tuan′.
J. Verba berprefiks
ber- memiliki makna gramatikal ′kumpulan′ atau ′kelompok′ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
jumlah) atau (+ hitungan). Simak contoh berikut:
- berdua ′kumpulan dari dua (orang)′ - berlima ′kumpulan dari lima
(orang)′.
K. Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′memberi′ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda)
dan (+ berian). Simak contoh berikut:
- bersedekah ′memberi sedekah′ - berkhotbah ′memberi khotbah′.
2. Verba Berkonfiks dan Berklofiks Ber-an
Verba
berbentuk ber-an seperti pada kata bermunculan dan berpakaian
memiliki dua macam proses pembentukan. Pertama, yang
berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks
–an itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk
dasar. Kedua, yang berupa klofiks artinya prefiks
ber- dan sufiks –an itu tidak diimbuhkan secara bersamaan
pada sebuah dasar. Dalam hal ini pada bentuk dasar, mula-mula diimbuhkan sufiks
–an baru kemudian diimbuhkan lagi prefiks ber-.
Ber-an sebagai konfiks memiliki satu makna,
sedangkan ber-an sebagai klofiks memiliki makna sendiri-sendiri. Jadi, prefiks
ber- memiliki makna sendiri. Verba bermunculan pada contoh di atas memiliki
makna ′banyak yang muncul dengan tidak teratur′ dan makan gramatikal kata
berpakaian adalah ′memakai pakaian′.
Makna gramatikal verba berkonfiks ber-an adalah:
(1) banyak serta tidak teratur.
(2) saling atau berbalasan.
(3) saling berada di.
A. Verba berkonfiks
ber-an yang memiliki makna gramatikal ′banyak serta tidak teratur′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan), (+ sasaran), dan (+ gerak). Misalnya:
- berlarian ′banyak yang berlari dan tidak teratur′
- berlompatan ′banyak yang lompat dan tidak
teratur′.
B. Verba
berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ′saling′ atau
′berbalasan′. Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan),
(+ sasaran), dan
(+ gerak). Misalnya:
- bermusuhan ′saling memusuhi′ - bertangisan ′saling
menangis′.
C. Verba berkonfiks ber-an yang memiliki makna
gramatikal ′saling berada di′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
benda), (+ letak), (+ tempat). Misalnya:
- bersebelahan ′saling berada di sebelah′ - berhadapan ′saling berada di
hadapan′.
3. Verba Berklofiks Ber-kan
Verba berklofiks ber-kan dibentuk dengan
proses, mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu
diimbuhkan pula sufiks –kan. Misalnya mula-mula pada kata
dasar senjata diimbuhkan prefiks ber- menjadi bersenjata,lalu
pada kata bersenjata diimbuhkan pula sufiks –kan sehingga
menjadi bersenjatakan. Prefiks ber- dan sufiks –kan pada
verba ber-kan memiliki maknanya masing-masing, di mana prefiks ber- memiliki
makna gramatikal seperti pada subbab 1, sedangkan sufiks –kan memiliki makna
gramatikal ′akan′. Perhatikan beberapa contoh berikut:
- bersenjatakan ′menggunakan senjata akan (clurit)
′.
- berisikan ′mempunyai isi akan (air) ′.
Verba berklofiks ber-kan juga tidak banyak. Di antara
yang tidak banyak itu adalah verba:
Bermodalkan
Beristrikan
Bersuamikan
Bertatahkan
Berkalungkan
Bermenantukan
Berdalilkan
Beralaskan
Berasaskan
Berdasarkan
Bercorakkan
Bermodalkan
Berlandaskan
Bertuhankan
Berselimutkan
Bertaburkan
Berbantalan
Beratapkan
Berdindingkan
Berlantaikan
Berlaukkan
Bermotifkan
4. Verba
Bersufiks –kan
Dalam prosesnya, sufiks –kan, bila
diimbuhkan pada dasar yang memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran)
akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Bila
diimbuhkan pada dasar yang lain, sufiks –kan akan membentuk pangkal (stem) yang
menjadi dasar dalam pembentukan verba inflektif.
Verba bersufiks –kan digunakan dalam
(1) kalimat imperatif. Contoh:
- lemparkan bola itu ke sini!
- gunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar!
(2) kalimat pasif yang predikatnya
berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan
subjeknya menjadi
sasaran tindakan. Contoh:
- rumah itu baru kami dirikan - jembatan itu akan mereka
robohkan.
(3) keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + (aspek) +
pelaku +
verba. Contoh:
- uang yang baru kami terima sudah habis lagi.
- kami melewati daerah yang sudah mereka
amankan.
Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal:
(1) jadikan.
(2) jadikan berada di.
(3) lakukan untuk orang lain.
(4) lakukan akan.
(5) bawa masuk ke.
A. Verba Bersufiks
–kan memiliki makna gramatikal ′jadikan′.
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
keadaan) atau (+ sifat khas).
Contoh:
- tenangkan,
artinya ′jadikan tenang′ - putuskan,
artinya ′jadikan putus′.
B. Verba Bersufiks
–kan memiliki makna gramatikal ′jadikan berada di′.
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ tempat) atau (+ arah).
Contoh:
- pinggirkan,
artinya ′jadikan berada di pinggir′.
- daratkan,
artinya ′jadikan berada di darat′.
C. Verba Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal
′lakukan untuk orang
lain′.
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ tindakan) dan
(+
sasaran). Contoh:
- bukakan,
artinya ′lakukan buka untuk (orang lain) ′.
- ambilkan,
artinya ′lakukan ambil untuk (orang lain) ′.
D. Verba Bersufiks
–kan memiliki makna gramatikal ′lakukan akan′.
Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
(+ sasaran). Contoh:
- lemparkan,
artinya ′lakukan lempar akan′.
- hindarkan,
artinya ′lakukan hindar akan′.
E. Verba Bersufiks
–kan memiliki makna gramatikal ′bawa masuk ke′.
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ ruang). Contoh:
- asramakan,
artinya ′bawa masuk ke asrama′.
- gudangkan,
artinya ′bawa masuk ke gudang′.
5. Verba
Bersufiks –i
Verba bersufiks –i adalah verba transitif, yang berlaku
juga sebagai pangkal (stem) dalam
pembentukan verba inflektif. Verba bersufiks –i digunakan dalam:
(1) kalimat imperatif. Contoh:
- tolong gulai teh ini! - mari kita hampiri anak
itu!
(2) kalimat pasif yang predikatnya
berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan
subjeknya
menjadi sasaran perbuatan. Contoh:
- kemarin beliau sudah kami hubungi.
- anak-anak yatim itu harus kita santuni.
(3) keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + (aspek)
pelaku +
verba. Contoh:
- desa yang akan kita kunjungi berada di
balik bukit itu.
- orang yang harus kamu surati sudah
ada di sini.
Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal:
(1) berulang kali.
(2) tempat.
(3) merasa sesuatu pada.
(4) beri atau bubuh pada.
(5) sebabkan atau jadikan.
(6) lakukan pada.
A.
Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′berulang
kali′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan) dan
(+sasaran). Contoh:
- pukuli, artinya ′pekerjaan pukul dilakukan
berulang kali′.
- sembahi, artinya ′pekerjaan sembah dilakukan
berulang kali′.
B. Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal
′tempat′. Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ tempat).
Misalnya:
- duduki, artinya ′duduk di ... ′ - datangi, artinya ′datang di ...
′.
C. Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal
′merasa sesuatu pada′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin) atau
(+ emosi).
Contoh:
- kasihi, artinya ′merasa kasih pada′ - takuti, artinya ′merasa takut pada′.
D. Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′beri atau bubuh pada′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ bahan berian). Contoh:
- garami, artinya ′beri garam pada′ - airi, artinya ′beri air
pada′.
E. Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal
′sebabkan atau jadikan′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau
(+ sifat).
Contoh:
- lengkapi, artinya ′jadikan lengkap′ - cukupi, artinya ′jadikan cukup′.
F. Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′lakukan pada′
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
(+ tempat).
Misalnya:
- tulisi, artinya ′lakukan tulis pada′ - diami, artinya ′lakukan diam
pada′.
6. Verba Berprefiks per-
Verba berprefiks per- adalah verba yang
bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks per-
dapat digunakan dalam:
(1) Kalimat imperatif. Misalnya:
- persingkat bicaramu! - perpanjang dulu
KTP-mu ini!
(2) Kalimat
pasif yang berpola: (aspek) + pelaku + verba. Misalnya:
- penjagaan akan kami perketat nanti
malam.
- syarat-syarat harus kita perlunak untuk
mereka.
(3) Keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + aspek +
pelaku + verba. Misalnya:
- saluran yang telah kami perdalam kini
telah dangkal lagi.
- gubernur akan meninjau bangunan yang baru
kita perluas.
Verba berprefiks per- memiliki makna
gramatikal:
(1) jadikan lebih.
(2) anggap sebagai.
(3) bagi.
A. Verba berprefiks
per- memiliki makna gramatikal ′jadikan lebih′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
keadaan) atau (+ situasi). Contoh:
- pertinggi, artinya ′jadikan lebih tinggi′ - perlebar, artinya ′jadikan lebih
lebar′.
B. Verba berprefiks
per- memiliki makna gramatikal ′anggap sebagai′ atau ′jadikan′ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat
khas). Contoh:
- perbudak, artinya ′anggap sebagai budak′.
- perkuda, artinya ′anggap sebagai kuda′.
C. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ′bagi′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
jumlah) atau (+ bilangan). Contoh:
- perdua, artinya ′bagi dua′ - perseribu, artinya ′bagi seribu′.
7. Verba
Berkonfiks per-kan
Verba berkonfiks per-kan adalah verba
yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-, berprefiks di-, atau
berprefiks ter-). Verba berkonfiks per-kan digunakan
dalam:
(1) Kalimat imperatif. Misalnya:
- persiapkan dulu bahan-bahannya! - jangan perdebatkan lagi
masalah itu!
(2) Kalimat
pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
- anak itu akan kita pertemukan dengan
orang tua angkatnya.
- masalah itu akan kami pertanyakan lagi.
(3) Keterangan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek)
+ pelaku +
verba. Contoh:
- tarian yang sudah mereka pertunjukkan akan
diulang lagi.
- film yang mereka hendak persembahkan perlu
disensor dulu.
Verba berkonfiks per-kan memiliki makna
gramatikal:
(1) Jadikan bahan (per-kan).
(2) Lakukan supaya.
(3) Jadikan me-.
(4) Jadikan ber-.
A. Verba berkonfiks
per-kan memiliki makna gramatikal ′jadikan bahan per-an′ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
kegiatan). Contoh:
- perdebatkan, artinya ′jadikan bahan perdebatan′.
- pertanyakan, artinya ′jadikan bahan pertanyaan′.
B. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal
′lakukan supaya
(dasar)′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ keadaan).
Contoh:
- persamakan, artinya ′lakukan supaya sama′.
- pertegaskan, artinya ′lakukan supaya tegas′.
C. Verba berkonfiks
per-kan memiliki makna gramatikal ′jadikan me-′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan). Contoh:
- perdengarkan, artinya ′jadikan (orang lain)
mendengar′.
- perlihatkan, artinya ′jadikan (orang lain)
melihat′.
D. Verba
berkonfiks per-kan memiliki makna granatikal ′jadikan ber-′
Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Contoh:
- perhubungkan, artinya ′jadikan berhubungan′.
- pertemukan, artinya ′jadikan bertemu′.
8. Verba Berkonfiks per-i
Verba
berkonfiks per-i adalah verba yang dapat menjadi pamgkal dalam
pembentukan verba inflektif (berprefiks me- inflektif, di- inflektif, atau ter-
inflektif). Verba berkonfiks per-kan digunakan dalam:
(1) kalimat imperatif. Contoh:
- perbaiki dulu
sepeda ini! - jangan permalui dia
depan orang banyak!
(2) kalimat pasif yang predikatnya
berpola: (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
- mobil
itu baru kita perbaiki.
- tanah ini masih mereka persengketai.
(3) keterangan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) +
pelaku + verba. Contoh:
- rumah yang
baru kami perbaiki terkena gempa.
- kasihan sekali
anak-anak yang mereka perdayai itu.
Verba per-i memiliki makna gramatikal:
(1) lakukan supaya jadi.
(2) lakukan (dasar) pada objeknya.
A.
Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ′lakukan
supaya jadi′ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna (+ keadaan). Contoh:
- perbaiki, artinya ′lakukan supaya jadi baik′.
- persepakati, artinya ′lakukan supaya jadi
sepakat′.
B. Verba
berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ′lakukan (dasar) pada
objeknya′ Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ tindakan)
dan (+
lokasi). Contoh:
- persetujui, artinya ′lakukan setuju pada objeknya′.
- persepakati, artinya ′lakukan sepakat pada objeknya′.
9. Verba Berprefiks me-
Prefiks me- seperti sudah dibicarakan, dapat berbentuk
me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-.
Bentuk atau alomorf me- digunakan apabila bentuk dasarnya
dimulai dengan fonem r, l, w, y, m, n, ny, dan ng. Simak
contoh-contoh berikut:
Merakit
Melekat
Mewarisi
Meyakini
Memerah
Menanti
Menyanyi
Menganga
Merawat
Melongok
Mewasiatkan
Meyayasankan
Memulaskan
Menaiki
Menyala
Mengerikan
Bentuk atau alomorf mem- digunakan apabila bentuk
dasarnya dimulai dengan fonem b, p, f , dan v. Dengan
catatan fonem b, f, dan v tetap berwujud,
sedangkan fonem p tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan
dengan bunyi nasal dari prefiks itu. Simak contoh-contoh berikut:
Membina
Memfitnah
Memveto
Memotong
Membawa
Menfrasekan
Memvitaminkan
Memutuskan
Di sini perlu dicatat dalam kenyataan bahasa ada sejumlah
kata, terutama yang berasal dari bahasa asing, yang meskipun diawali dengan
fonem p tetapi tidak diluluhkan. Perhatikan contoh:
Mempesonakan
Mempedulikan
Mempengaruhi
Mempopulerkan
Memprotes
Mempraktikkan
Mempedomani
Memesonakan
Memedulikan
Memengaqruhi
Memopulerkan
Memerotes
Memeraktekkan
Memedomani
Demi kekonsistenan, dalam buku ini dianjurkan untuk
menggunakan bentuk yang meluluhkan fonem p itu.
Bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai
dengan fonem ddan t. Dengan catatan fonem d tetap
diwujudkan sedangkan fonem t tidak diwujudkan melainkan
disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut. Simak
contoh-contoh berikut:
Menduda
Mendidik
Menulis
Menodong
Mendengar
Mendustai
Menendang
Menerobos
Dalam bahasa keseharian, terutama di Jakarta, ada
sejumlah kata berprefiks me-, tetapi fonem t pada awal bentuk
dasarnya tidak diluluhkan atau disenyawakan, seperti mentolerir,
mentradisi, mentraktor dan sebagainya.
Bentuk meny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya
adalah fonemc, j dan s. Dengan catatan dalam bahasa
tulis bunyi ny pada prefiks itu diganti atau dituliskan dengan
huruf n pada dasar yang dengan fonem c dan j, sedangkan
yang dimulai dengan fonem s, fonem s-nya diluluhkan. Simak
contoh-contoh berikut:
mencuri
lafalnya: menycuri
mencicil
lafalnya: menycicil
menjual
lafalnya: menyjual
menjaga
lafalnya: menyjaga
Dalam bahasa keseharian, terutama kata serapan dari
bahasa asing, bunyi nasal pada bentuk dasarnya tidak diluluhkan. Contoh:
mensukseskan
mensitir
menstandarkan
mensosialisasikan
Bentuk meng- digunakan apabila bentuk
dasarnya mulai dengan fonem k, g, h, kh, a, z, e, dan o. Dengan
catatan fonem k tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan
dengan nasal yang ada pada prefiks itu, sedangkan fonem-fonem yang lain tetap
diwujudkan. Simak contoh-contoh berikut:
Mengirim
Menggali
Menghibur
Mengkhianati
Mengambil
Mengiris
Mengutus
Mengekor
Mengobrol
Mengumpulkan
Menggoda
Menghubungi
Mengkhususkan
Menyangkal
Mengincar
Mengusik
Mengelak
Mengobras
Bentuk menge- digunakan apabila bentuk
dasarnya terdiri dari sebuah suku kata. Contoh:
Mengebom
Mengetik
Mengecor
Mengecat
Mengelap
Mengetes
A.
Verba Berprefiks me- inflektif
Bentuk dasar atau pangkal verba berprefiks me- inflektif
memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Jadi, bentuk dasar atau
pangkal dalam pembentukan verba inflektif, di samping berbentuk morfem dasar
atau akar juga termasuk verba bersufiks –kan, bersufik –i, berprefiks per-,
berkonfiks per-kan dan berkonfiks per-i. Contoh:
Membaca
Melupakan
Merestui
Memperpanjang
Mempergunakan
Mempergauli
Menulis
Menidurkan
Menodai
Mempersingkat
Memperdayakan
Mempertakuti
(a) Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna
gramatikal ′melakukan
(dasar)′ apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
- membeli, artinya ′melakukan beli′ - menulis, artinya ′melakukan tulis′.
(b) Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna
gramatikal ′melakukan kerja
dengan alat′ apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ tindakan)
dan (+ alat). Contoh:
- mengikir, artinya ′melakukan kerja
dengan alat kikir′.
- memahat, artinya ′melakukan kerja
dengan alat pahat′.
(c) Verba
berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal ′melakukan kerja
dengan bahan′
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan) dan
(+ bahan). Contoh:
- mengecat, artinya ′lakukan kerja dengan bahan
cat′.
- mengelem, artinya ′lakukan kerja dengan bahan
lem′.
(d) Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna
gramatikal ′membuat dasar′
apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+
benda hasil).
Contoh:
- mematung, artinya
′membuat patung′.
- menggambar, artinya
′membuat gambar′.
B. Verba Berprefiks
me- derivatif
Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal:
(1) makan, minum, mengisap.
(2) mengeluarkan.
(3) menjadi.
(4) menjadi seperti.
(5) menuju.
(6) memperingati.
(a) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal
makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
makanan) atau (+ minuman) atau (+ isapan). Contoh:
- merokok, artinya
′menghisap rokok′ - menyoto,
artinya ′makan soto ′.
(b) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna
gramatikal mengeluarkan
(dasar)
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (bunyi) atau (+
suara).
Contoh:
- mengeong,
artinya ′mengeluarkan bunyi ngeong′.
- mengaum,
artinya ′mengeluarkan bunyi ngaum′.
(c) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna
gramatikal menjadi (dasar)
apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan, ) atau (+
warna) atau (+
bentuk) atau (+ situasi). Contoh :
- menguning, artinya ′menjadi
kuning′ - meninggi, artinya
′menjadi tinggi′.
(d) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna
gramatikal menjadi seperti
apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh:
- membatu, artinya
′menjadi seperti batu′.
- membaja, artinya
′menjadi seperti baja′.
(e) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna
gramatikal makan, minum,
mengisap
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan)
atau (+
minuman) atau (+ isapan). Contoh :
- menepi, artinya ′menuju
tepi′ - mengutara, artinya
′menuju udara′.
(f) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna
gramatikal makan, minum,
mengisap
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan)
atau (+
minuman) atau (+ isapan). Contoh :
- menujuh hari, artinya
′memperingati hari ketujuh (kematian)
- menyeratus hari,
artinya ′memperingati hari keseratus (kematian)
10. Verba
Berprefiks di-
Ada dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba
berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks di- derivatif.
A. Verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Tindakan dari verba
berprefiks me- inflektif. Maka makna gramatikalnya adalah
kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif.
B.
Verba berprefiks di- derivatif sejauh data
yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.
11. Verba
Berprefiks ter-
Ada dua macam verba berprefiks ter-, yaitu verba
berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks ter- derivatif.
A. Verba berprefiks ter- inflektif
Verba berprefiks ter- inflektif adalah verba pasif
keadaan dari verba berprefiks me- inflektif. Makna gramatikal verba berprefiks
ter- inflektif, selain sebagai kebalikan pasif keadaan dari verba berprefiks
me- inflektif, juga memiliki makna gramatikal.
(1) dapat / sanggup.
(2) tidak sengaja.
(3) sudah terjadi.
(a) Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′dapat /
sanggup′ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ tindakan)
dan (+ sasaran). Contoh:
- terangkat, artinya ′dapat diangkat′. - terbaca, artinya ′dapat dibaca′.
(b) Verba berprefiks ter-
inflektif memiliki makna
gramatikal ′tidak
sengaja ′
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan) dan
(+ sasaran). Contoh:
- terangkat,
artinya ′tidak sengaja diangkat′.
- terbaca,
artinya ′tidak sengaja dibaca′.
(c) Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′sudah
terjadi′
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
tindakan)
dan (+ keadaan). Contoh:
- terbakar,
artinya ′sudah terjadi (bakar)′.
- terputus,
artinya ′sudah terjadi (putus)′.
(d) Verba
berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ′yang di
(dasar)
apabila digunakan sebagai istilah bidang hukum. Contoh:
- tersangka, artinya ′yang disangka′
- terdakwa, artinya ′yang didakwa′.
B. Verba berprefiks ter- derivatif
Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna
gramatikal:
(1) paling.
(2) dalam keadaan.
(3) terjadi dengan tiba-tiba.
(a) Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal
′paling′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
- terbaik, artinya
′paling baik′. - tertinggi,
artinya ′paling tinggi′.
(b) Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna
gramatikal ′dalam keadaan′
apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+
kejadian). Contoh:
- tergeletak,
artinya ′dalam keadaan geletak′.
- terdampar,
artinya ′dalam keadaan dampar′.
(c) Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal
′terjadi dengan
tiba tiba′
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
kejadian).Contoh:
- teringat,
artinya ′tiba-tiba ingat′. - terpeluk,
artinya ′tiba-tiba memeluk′.
12. Verba Berprefiks ke-
Verba berprefiks ke- digunakan dalam bahasa ragam tidak
baku. Fungsi dan makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefiks ter-.
Jadi, bentuknya sebagai berikut:
Kebaca
Ketipu
Ketabrak
Kebawa
Ketangkap
Sepadan dengan
Terbaca
Tertipu
Tertabrak
Terbawa
Tertangkap
Makna gramatikal yang dimiliki, antara lain:
(1) tidak sengaja.
(2) dapat di.
(3) kena (dasar).
13. Verba Berkonfiks ke-an
Verba berkonfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak
dapat dikembalikan ke dalam verba aktif, seperti verba pasif di- dan verba
pasif ter-. Makna gramatikal yang dimilikinya adalah:
(1) terkena, menderita atau mengalami.
(2) agak bersifat.
A. Verba berkonfiks
ke-an memiliki makna gramatikal ′terkena, menderita,
mengalami (dasar) ′
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ peristiwa alam) atau (+ hal
yang tidak enak). Contoh:
- kebanjiran, artinya ′terkena banjir′ - kebakaran, artinya ′menderita bakar
′.
B. Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal
′agak (dasar)′
apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ warna). Contoh:
- kehijauan, artinya ′agak hijau′ - kemerahan, artinya ′agak merah′.
2.2
Afiksasi Pembentukan Adjektiv
A. dasar ajektiva berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar
ajektiva. Yaitu, pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua yang
diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan.
Pemberian afiks pe- secara langsung dapat terjadi kalau
dasar ajektiva itu memiliki komponrn makna (+ sikap batin) dan memberi makna
gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’. Misalnya:
-
Pemalu -
Pendendam
-
Pemarah -
Pembenci
Pemberian prefiks pe- melalui verba berklofiks me-kan
dapat terjadi apabila dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+ keadaan
fisik) dan memberi makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’. Misalnya :
- Pembersih - Pendingin
- Pemutih - Penghitam
Prefiks ter- pada dasar ajektiva bertugas membentuk tingkat
perbandingansuperlatif dalam suatu sistem penderajatan. Perhatikan :
-
(setinggi) sama
tinggi tingkat sama
-
(tinggian) lebih tinggi tingkat lebih
B. dasar ajektiva berkonfiks ke-an
Pengimbuhan konfiks
ke-an pada dasar ajektva akn memberi makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bila
ajektiva itu memiliki komponen makna (+ warna). Misalnya:
-
Kehitaman, ‘agak hitam’
-
Kemerahan, ‘agak merah’
Makna gramatikal ‘agak
(dasar)’ ini sering lebih dipertegas dengan pengulangan, sehingga menjadi:
-
Kehitam-hitaman
-
Kemerah-merahan
Dasar ajektiva dengan
konfiks ke-an di atas, termaksud yang diberi pengulangan, berkategori ajektiva,
sebab dapat didahului adverbia agak dan sangat. Jadi bentuk-bentuk agak
kehitaman, agak kehitam-hitaman, sangat kehitaman dan sangat kehitam-hitaman
adalah berterima.
C. Dasar Adjektiva Berklofiks me-kan
Dasar ajektiva
berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi (dasar)’ apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin). Misalnya:
- memalukan,
‘menyebabkan malu’.
- memilukan,
‘menyebabkan pilu’
Dasar ajektiva dengan
klofiks me-kan sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba.
Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat;
dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek. Jadi, bentuk-bentuk atau
konstruksi-konstruksi berikut adalah berterima:
- agak memalukan orang banyak
Sangat memalukan orang banyak
- agak menakutkan anak-anak
Sangat menakutkan anak-anak
D. Dasar Ajektiva Berklofiks me-i
Dasar ajektiva
berklofiks me-i memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar) pada’ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa batin). Misalnya:
- mencintai, ‘merasa
cinta pada’
- mengagumi, ‘merasa
kagum pada’
Dasar ajektiva dengan
klofiks me-i sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai
kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan
sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek. Jadi, bentuk-bentuk atau
konstruksi berikut berterima:
-
agak mencintai gadis itu.
sangat mencintai gadis
itu.
-
agak menghormati guru itu.
sangat menghormati guru
itu.
2.3 Afiksasi
Pembentukan Adverbia
A. Adverbia Tunggal
Adverbia
tunggal dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu adverbia yang
berupa kata dasar, adverbia yang berupa kata berafiks dan adverbia
yang berupa kata ulang.
1. Adverbia yang berupa kata dasar hanya terdiri atas satu kata dasar. Karena
jenis adverbia dasar tegolong ke dalam kelompok kata yang
keanggotaannya tertutup,maka jumlah adverbia yang berupa dasar itu tidak
banyak.
2. Adverbia berupa
kata berafiks dipeoleh dengan menambahkan gabungan afiks
se—nya atau afiks –nya
pada kata dasar. Afiks se—nya seperti sebaiknya,
seharusnya,
sesungguhnya, dan sebisanya. Afiks –nya seperti agaknya, biasanya,
tinnginya, dan kuatnya.
3. Adverbia yang berupa kata ulang dapat diperinci menjadi empat
macam, yaitu :
1. Pengulangan kata dasar
Contoh: anak itu
diam-diam keluar.
2. Pengulangan
kata dasar dan penambahan afiks se-,
Contoh : sepandai-pandai
guru ,ia tidak boleh meremehkan muridnya.
3. Pengulangan kata
dasar dan penambahan sufiks –an,
Contoh : mereka
berdagang kecil-kecilan di kampus.
4. Pengulangan kata
dasar dan penambahan gabungan afiks se—nya.
Contoh: melompatlah
setinggi-tingginya.
B. Adverbia Gabungan
Averbia gabungan terdiri
atas dua adverbia yang berupa kata dasar. Kedua kata dasar yang merupakan
adverbia gabungan itu ada yang berdmpingan ada pula yang tidak
berdampingan, seperti contoh berikut :
· Adverbia
berdampingan:
Kami hampir selalu
bersama-sama ke kampus.
· Adverbia
yang tidak berdampingan:
Kamu hanya
membuang-buang waktu saja.
C. Adverbia dari Segi Perilaku
Sintaksis
Adverbia dari segi
perilaku sintaksisnya dapat di lihat berdasarkan posisinya terhadap
kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh adverbian yang
bersangkutan. Atas dasar itu dapat di bedakan menjadi empat macam posisi
adverbia, yaitu :
a. Adverbia yang mendahului
kata yang diterangkan
Contoh: Ia lebih tinggi dari kakaknya.
b. Adverbia yang mengikuti
kata yang diterangkan.
Contoh: Jelek benar kelakuannya.
c. Adverbia
yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan.
Contoh: Sekarang
barang-barang elektronika amat mahal
harganya.
d. Adverbia yang mendahului
dan mengikuti kata yang diterangkan.
Contoh: saya yakin bukan
dia saja yang pandai.
Prilaku
sintaksis adverbia pada kalimat-kalimat yang di contohkan memperlihatkan bahwa,
dari segi lingkup strukturnya,yang di terangkan atau dijelaskan oleh adverbia
itu terbatas pada satuan atau tataran frasa saja. Ada pula averbia yang
menerangkan satuan atau tataran yang lebih tinggi, yaitu yang berupa
klausa atau kalimat.
· Seharusnya dia datang sebelum
pukul sembilan.
· Sebaiknya saudara tidak usah
hadir.
· Penjelasan
bapak agaknya tidak
mereka pahami.
Pada
contoh diatas seharusnya, sebaiknya, dan agaknya tidak memberikan
keterangan pada predikat kalimat yang bersangkutan, tetapi pada seluruh
kalimat. Pada contoh “ seharusnya dia datang sebelum pukul sembilan “ mengacu
pada klausa “dia datang sebelum pukul sembilan”
Berdasarkan
lingkup strukturnya, terdapat perbedaan antara bentuk yang
mengacu pada tatran frasa dan bentuk yang mengacu pada tataran
kalimat. Bentuk yang mengacu pada tataran frasa merupakan adverbia
intraklausal, sedangkan bentuk yang mengacu pada tataran klausa merupakan adverbia
ekstraklausal.
Adverbia
intraklausa mengacu pada frasa dan adverbia ekstraklausa pada kalimat, meskipun
posisi sintaktisnya mengalami perubahan.
Contoh:
a. Dia benar-benar memperhatikan
nasihat orang tuanya.
b. Dia memperhatikan benar-benar nasiahat
orang tuanya.
c. Benar-benar dia memperhatikan nasihat orang tuanya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar,
imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan
(infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Dalam sumber lain
disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada sembilan, yaitu prefiks, infiks,
sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi afiks.
Afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk
kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses morpologik, yang terdiri atas
afiksasi, Reduplikasi, dan Proses Pemajemukkan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2008. Morfologi. Jakarta :
Rineka Cipta
Ramlan,M.
2009. Morfologi. Yogyakarta : CV
Karyono