Saturday, May 30, 2015

Makalah Pembentukan Afiks Verba, Adjektiv, dan Adverbia

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

Sebelum kita membahas apa itu Afiksasi, kita harus tahu dulu apa itu Afiks? Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar. Pembahasan mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi. Namun demikian, pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh terbatasnya jenis afiks dari bahasa yang dianalisis atau belum adanya analisis yang lebih mendalam mengenai afiks.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses morfologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi, dan Proses Pemajemukkan.


1.2    Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan afiksasi ?
2.      Apa saja afiks-afiks pembentukkan Verba ?
3.      Apa saja afiks-afiks Pembentukan Adjektiva ?
4.      Apa saja afiks-afiks pembentukan Adverbia ?


1.3    Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah mengetahui mengenai pembentukan afiks verba, pembentukan afiks adjektif dan pembentukan afiks adverbia serta untuk menambah pengetahuan dan mempermudah proses pembelajaran serta bermanfaat bagi kita semua.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembentukan Afiks Verbal
Afiksasi adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik berkategori verba, berkategori nomina maupun yang berkategori ajektiva.
Afiks-afiks pembentukan verba adalah:


1)      prefiks ber-
2)      konfiks dan klofiks ber-an
3)      klofiks ber-kan
4)      sufiks –kan
5)      sufiks –i
6)      prefiks per-
7)      konfiks per-kan
8)      konfiks per-i
9)      prefiks me-
10)    prefiks di-
11)   prefiks ter-
12)   prefiks ke-
13)   konfiks ke-an



1.  Verba Berprefiks ber-
           Bentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat berupa:
(1)      Morfem dasar terikat, seperti terdapat pada kata bertempur, berkelahi, berjuang bertikai dan berhenti. Bentuk dasarnya yang berupa morfem dasar terikat: tempur, kelahi, juang, tikai, dan henti.
(2)      Morfem dasar bebas, seperti terdapat pada kata berladang, beternak, bekerja,
bernyanyi, dan bergaya. Bentuk dasarnya yang berupa morfem dasar bebas:ladang, ternak, kerja, nyanyi, dan gaya.
(3)      Bentuk turunan berafiks, seperti terdapat pada kata berpakaian (bentuk
dasarnya pakaian), beraturan (bentuk dasarnya aturan), berkekuatan (bentuk dasarnya kekuatan), berkebangsaan ( bentuk dasarnya  kebangsaan ), berpenghasilan ( bentuk dasarnya  penghasilan ) dan berpendapatan ( bentuk dasarnya pendapatan ). Jadi, di sini prefiks ber- diimbuhkan pada dasar yang terlebih dahulu sudah diberi afiks lain
(4)      Bentuk turunan reduplikasi, seperti terdapat pada kata berlari (bentuk
       dasarlari-lari), berkeluh-kesah (bentuk dasar keluh-kesah) dan berilmu
       pengetahuan (bentuk dasar ilmu-pengetahuan).
(5)      Bentuk turunan hasil komposisi, seperti terdapat pada kata berjual Beli (bentuk   dasar  jual beli), bertemu muka (bentuk dasar  temu muka), danbergunung api (bentuk dasar gunung api).

Makna gramatikal verba berprefiks ber- yang dapat dicatat, antara lain yang menyatakan:
(1)   mempunyai (dasar) atau ada (dasar)nya.
(2)   memakai atau menggunakan (dasar).
(3)   mengendarai atau menumpang/naik (dasar).
(4)   berisi atau mengandung (dasar).
(5)   mengeluarkan atau menghasilkan (dasar).
(6)   mengusahakan atau mengerjakan (dasar).
(7)   melakukan (dasar).
(8)   mengalami atau berada dalam keadaan (dasar).
(9)   menyebut atau menyapa (dasar).
(10) kumpulan atau kelompok (dasar).
(11) memberi.

       A.    Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′mempunyai (dasar) ′ atau ′ada (dasar)           nya′. Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ benda), (+ umum), (+milik)               dan atau (+ bagian). Perhatikan contoh:
            - berjendela ′ada jendelanya′          - berkewajiban ′mempunyai kewajiban′.
       B.     Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′memakai′ atau ′mengenakan′. Apabila           bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ pakaian) atau (+ perhiasan). Simak contoh               berikut:
- berjilbab ′memakai jilbab′            - berjaket kulit ′memakai jaket kulit′.
       C.     Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′mengendarai′, ′menumpang′, atau                ′naik′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kendaraan). Simak cntoh berikut:
- bersepeda ′mengendarai sepeda′             - berkuda ′naik kuda′.
        D.    Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′berisi′ atau ′mengandung′. Apabila               bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda), (+dalaman), (+ kandungan). Simak                 contoh berikut:
- beracun ′mengandung racun′                - berkuman ′mengandung kuman′
         E.    Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′mengeluarkan atau menghasilkan′.               Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda), (+ hasil), atau (+ keluar).                   Perhatikan contoh:
- berproduksi ′menghasilkan produksi′           - bertelur ′mengeluarkan telur′.
         F.      Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′mengusahakan′ atau ′mengupayakan          ′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bidang usaha). Perhatikan contoh:                     - beternak ′mengusahakan ternak′ - bercocok tanam ′mengusahakan cocok tanam′.
   G.  Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′melakukan kegiatan′ Apabila bentuk              dasarnya memiliki komponen makna (+ benda) dan (+ kegiatan). Simak contoh berikut:
- berdebat ′melakukan debat′            - berolahraga ′melakukan olahraga′.
         H.    Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′mengalami′ atau ′berada dalam                    keadaan′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ perasaan batin). Simak                  contoh berikut:
- bergembira ′dalam keadaan gembira′   - berduka cita ′dalam keadaan duka cita′.                    
          I.      Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′menyebut′ atau ′menyapa′ Apabila                bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kerabat) dan (+ sapaan). Simak contoh berikut:
- berkakak ′menyebut kakak′             - bertuan ′memanggil tuan′.
          J.       Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′kumpulan′ atau ′kelompok′  Apabila             bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ jumlah) atau (+ hitungan). Simak contoh                     berikut:
- berdua ′kumpulan dari dua (orang)′        - berlima ′kumpulan dari lima (orang)′.
    K.  Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ′memberi′ Apabila bentuk dasarnya                 memiliki komponen makna (+ benda) dan (+ berian). Simak contoh berikut:
- bersedekah ′memberi sedekah′           - berkhotbah ′memberi khotbah′.

2. Verba Berkonfiks dan Berklofiks Ber-an
Verba  berbentuk ber-an seperti pada kata bermunculan dan berpakaian memiliki dua macam proses pembentukan. Pertama, yang berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Kedua, yang berupa klofiks artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu tidak diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar. Dalam hal ini pada bentuk dasar, mula-mula diimbuhkan sufiks –an baru kemudian diimbuhkan lagi prefiks ber-.
Ber-an sebagai konfiks memiliki satu makna, sedangkan ber-an sebagai klofiks memiliki makna sendiri-sendiri. Jadi, prefiks ber- memiliki makna sendiri. Verba bermunculan pada contoh di atas memiliki makna ′banyak yang muncul dengan tidak teratur′ dan makan gramatikal kata berpakaian adalah ′memakai pakaian′.

Makna gramatikal verba berkonfiks ber-an adalah:
(1)   banyak serta tidak teratur.
(2)   saling atau berbalasan.
(3)   saling berada di.


             A.    Verba berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ′banyak serta tidak teratur′.              Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan), (+ sasaran), dan (+ gerak).              Misalnya:
- berlarian ′banyak yang berlari dan tidak teratur′
- berlompatan ′banyak yang lompat dan tidak teratur′.
       B. Verba berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ′saling′ atau
   ′berbalasan′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan),
   (+ sasaran), dan (+ gerak). Misalnya:
- bermusuhan ′saling memusuhi′           - bertangisan ′saling menangis′.
C.  Verba berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ′saling berada di′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda), (+ letak), (+ tempat). Misalnya:
- bersebelahan ′saling berada di sebelah′   - berhadapan ′saling berada di hadapan′.



3.  Verba Berklofiks Ber-kan
Verba berklofiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan. Misalnya mula-mula pada kata dasar senjata diimbuhkan prefiks ber- menjadi bersenjata,lalu pada kata  bersenjata  diimbuhkan pula sufiks –kan  sehingga menjadi bersenjatakan. Prefiks ber- dan sufiks –kan pada verba ber-kan memiliki maknanya masing-masing, di mana prefiks ber- memiliki makna gramatikal seperti pada subbab 1, sedangkan sufiks –kan memiliki makna gramatikal ′akan′. Perhatikan beberapa contoh berikut:
- bersenjatakan ′menggunakan senjata akan (clurit) ′.
- berisikan ′mempunyai isi akan (air) ′.
Verba berklofiks ber-kan juga tidak banyak. Di antara yang tidak banyak itu adalah verba:


Bermodalkan
Beristrikan
Bersuamikan
Bertatahkan
Berkalungkan
Bermenantukan
Berdalilkan
Beralaskan
Berasaskan
Berdasarkan
Bercorakkan
Bermodalkan
Berlandaskan
Bertuhankan
Berselimutkan
Bertaburkan
Berbantalan
Beratapkan
Berdindingkan
Berlantaikan
Berlaukkan
Bermotifkan


     
4. Verba Bersufiks –kan
     Dalam prosesnya, sufiks –kan, bila diimbuhkan pada dasar yang memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran) akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Bila diimbuhkan pada dasar yang lain, sufiks –kan akan membentuk pangkal (stem) yang menjadi dasar dalam pembentukan verba inflektif.
Verba bersufiks –kan digunakan dalam
(1)   kalimat imperatif. Contoh:
- lemparkan bola itu ke sini!
gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar!
(2)   kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan
        subjeknya menjadi sasaran tindakan. Contoh:
- rumah itu baru kami dirikan        - jembatan itu akan mereka robohkan.
(3)   keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) +
        pelaku + verba. Contoh:
- uang yang baru kami terima sudah habis lagi.
-  kami melewati daerah yang sudah mereka amankan.


Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal:


(1)   jadikan.
(2)   jadikan berada di.
(3)   lakukan untuk orang lain.
(4)   lakukan akan.
(5)   bawa masuk ke.



A. Verba Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′jadikan′. Apabila
      bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ sifat   khas).
      Contoh:
 - tenangkan, artinya ′jadikan tenang′    - putuskan, artinya ′jadikan putus′.
B. Verba Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′jadikan berada di′.
      Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tempat) atau (+ arah).
      Contoh:
 - pinggirkan, artinya ′jadikan berada di pinggir′.
 - daratkan, artinya ′jadikan berada di darat′.
C.  Verba Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′lakukan untuk orang
      lain′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
      (+ sasaran). Contoh:
 - bukakan, artinya ′lakukan buka untuk (orang lain) ′.
 - ambilkan, artinya ′lakukan ambil untuk (orang lain) ′.
D. Verba Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′lakukan akan′.
     Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
     (+ sasaran). Contoh:
 - lemparkan, artinya ′lakukan lempar akan′.
 - hindarkan, artinya ′lakukan hindar akan′.
E. Verba Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′bawa masuk ke′.
     Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ ruang). Contoh:
 - asramakan, artinya ′bawa masuk ke asrama′.
 - gudangkan, artinya ′bawa masuk ke gudang′.

5. Verba Bersufiks –i
Verba bersufiks –i adalah verba transitif, yang berlaku juga sebagai pangkal  (stem) dalam pembentukan verba inflektif. Verba bersufiks –i digunakan dalam:
(1)   kalimat imperatif. Contoh:
- tolong gulai teh ini!              - mari kita hampiri anak itu!
(2)   kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba, dan
       subjeknya menjadi sasaran perbuatan. Contoh:
- kemarin beliau sudah kami hubungi.
- anak-anak yatim itu harus kita santuni.
(3)   keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek)
       pelaku + verba. Contoh:
- desa yang akan kita kunjungi berada di balik bukit itu.
- orang yang harus kamu surati sudah ada di sini.


Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal:


(1)   berulang kali.
(2)   tempat.
(3)   merasa sesuatu pada.
(4)   beri atau bubuh pada.
(5)   sebabkan atau jadikan.
(6)   lakukan pada.



A.    Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′berulang kali′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
(+sasaran). Contoh:
- pukuli, artinya ′pekerjaan pukul dilakukan berulang kali′.
- sembahi, artinya ′pekerjaan sembah dilakukan berulang kali′.
B.  Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′tempat′. Apabila bentuk
      dasarnya memiliki komponen makna (+ tempat). Misalnya:
- duduki, artinya ′duduk di ... ′       - datangi, artinya ′datang di ... ′.
C.  Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′merasa sesuatu pada′
           Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin) atau
           (+ emosi). Contoh:
- kasihi, artinya ′merasa kasih pada′    - takuti, artinya ′merasa takut pada′.
           D.  Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′beri atau bubuh pada′
                 Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bahan berian). Contoh:
- garami, artinya ′beri garam pada′           - airi, artinya ′beri air pada′.
E.  Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′sebabkan atau jadikan′
      Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau
      (+ sifat). Contoh:
- lengkapi, artinya ′jadikan lengkap′        - cukupi, artinya ′jadikan cukup′.
F.   Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′lakukan pada′
       Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan
       (+ tempat). Misalnya:
- tulisi, artinya ′lakukan tulis pada′      - diami, artinya ′lakukan diam pada′.

      6. Verba Berprefiks per-
Verba berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks per- dapat digunakan dalam:
(1)   Kalimat imperatif. Misalnya:
persingkat bicaramu!              - perpanjang dulu KTP-mu ini!
            (2)   Kalimat pasif yang berpola: (aspek) + pelaku + verba. Misalnya:
- penjagaan akan kami perketat nanti malam.
- syarat-syarat harus kita perlunak untuk mereka.
(3)   Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek +
                 pelaku + verba. Misalnya:
- saluran yang telah kami perdalam kini telah dangkal lagi.
- gubernur akan meninjau bangunan yang baru kita perluas.



Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal:
(1)   jadikan lebih.
(2)   anggap sebagai.
(3)   bagi.

A.    Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ′jadikan lebih′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ situasi). Contoh:
- pertinggi, artinya ′jadikan lebih tinggi′  - perlebar, artinya ′jadikan lebih lebar′.
B.     Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ′anggap sebagai′ atau ′jadikan′ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh:
- perbudak, artinya ′anggap sebagai budak′.
- perkuda, artinya ′anggap sebagai kuda′.
           C. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal ′bagi′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ jumlah) atau (+ bilangan). Contoh:
- perdua, artinya ′bagi dua′      - perseribu, artinya ′bagi seribu′.
      
       7. Verba Berkonfiks per-kan
Verba berkonfiks per-kan adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-, berprefiks di-, atau berprefiks ter-). Verba berkonfiks per-kan digunakan dalam:
(1)   Kalimat imperatif. Misalnya:
-  persiapkan dulu bahan-bahannya!  -  jangan perdebatkan lagi masalah itu!
 (2)   Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
- anak itu akan kita pertemukan dengan orang tua angkatnya.
- masalah itu akan kami pertanyakan lagi.
 (3)   Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek)
       + pelaku + verba. Contoh:
- tarian yang sudah mereka pertunjukkan akan diulang lagi.
- film yang mereka hendak persembahkan perlu disensor dulu.
Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal:


(1)   Jadikan bahan (per-kan).
(2)   Lakukan supaya.
(3)   Jadikan me-.
(4)   Jadikan ber-.


A.    Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ′jadikan bahan per-an′ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kegiatan). Contoh:
- perdebatkan, artinya ′jadikan bahan perdebatan′.
- pertanyakan, artinya ′jadikan bahan pertanyaan′.
B.  Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ′lakukan supaya
      (dasar)′ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan).
      Contoh:
- persamakan, artinya ′lakukan supaya sama′.
- pertegaskan, artinya ′lakukan supaya tegas′.
C.     Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ′jadikan me-′
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan). Contoh:
- perdengarkan, artinya ′jadikan (orang lain) mendengar′.
- perlihatkan, artinya ′jadikan (orang lain) melihat′.
D. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna granatikal ′jadikan ber-′
     Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Contoh:
- perhubungkan, artinya ′jadikan berhubungan′.
- pertemukan, artinya ′jadikan bertemu′.

       8. Verba Berkonfiks per-i
    Verba berkonfiks per-i adalah verba yang dapat menjadi pamgkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me- inflektif, di- inflektif, atau ter- inflektif). Verba berkonfiks per-kan digunakan dalam:
(1)   kalimat imperatif. Contoh:
       - perbaiki dulu sepeda ini!           - jangan permalui dia depan orang banyak!
(2)   kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
       - mobil itu baru kita perbaiki.      - tanah ini masih mereka persengketai.
            (3)   keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) +
                    pelaku + verba. Contoh:
                   - rumah yang baru kami perbaiki terkena gempa.
                   - kasihan sekali anak-anak yang mereka perdayai itu.
Verba per-i memiliki makna gramatikal:
(1)   lakukan supaya jadi.
(2)   lakukan (dasar) pada objeknya.

A.    Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ′lakukan supaya jadi′ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
- perbaiki, artinya ′lakukan supaya jadi baik′.
- persepakati, artinya ′lakukan supaya jadi sepakat′.
B. Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ′lakukan (dasar) pada
    objeknya′ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan)
    dan (+ lokasi). Contoh:
- persetujui, artinya ′lakukan setuju pada objeknya′.
- persepakati, artinya ′lakukan sepakat pada objeknya′.

9. Verba Berprefiks me-
Prefiks me- seperti sudah dibicarakan, dapat berbentuk me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-.
Bentuk atau alomorf me- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem r, l, w, y, m, n, ny, dan ng. Simak contoh-contoh berikut:


Merakit
Melekat
Mewarisi
Meyakini
Memerah
Menanti
Menyanyi
Menganga
Merawat
Melongok
Mewasiatkan
Meyayasankan
Memulaskan
Menaiki
Menyala
Mengerikan




Bentuk atau alomorf mem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem b, p, f , dan v. Dengan catatan fonem b, f, dan v tetap berwujud, sedangkan fonem tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu. Simak contoh-contoh berikut:


Membina
Memfitnah
Memveto
Memotong
Membawa
Menfrasekan
Memvitaminkan
Memutuskan



Di sini perlu dicatat dalam kenyataan bahasa ada sejumlah kata, terutama yang berasal dari bahasa asing, yang meskipun diawali dengan fonem p tetapi tidak diluluhkan. Perhatikan contoh:


Mempesonakan
Mempedulikan
Mempengaruhi
Mempopulerkan
Memprotes
Mempraktikkan
Mempedomani
Memesonakan
Memedulikan
Memengaqruhi
Memopulerkan
Memerotes
Memeraktekkan
Memedomani



Demi kekonsistenan, dalam buku ini dianjurkan untuk menggunakan bentuk yang meluluhkan fonem itu.
Bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem ddan t. Dengan catatan fonem tetap diwujudkan sedangkan fonem tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut. Simak contoh-contoh berikut:


Menduda
Mendidik
Menulis
Menodong
Mendengar
Mendustai
Menendang
Menerobos


Dalam bahasa keseharian, terutama di Jakarta, ada sejumlah kata berprefiks me-, tetapi fonem pada awal bentuk dasarnya tidak diluluhkan atau disenyawakan, seperti mentolerir, mentradisi, mentraktor dan sebagainya.
Bentuk meny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah fonemc, j dan s. Dengan catatan dalam bahasa tulis bunyi ny pada prefiks itu diganti atau dituliskan dengan huruf pada dasar yang dengan fonem dan j, sedangkan yang dimulai dengan fonem s, fonem s-nya diluluhkan. Simak contoh-contoh berikut:
mencuri                     lafalnya: menycuri
mencicil                    lafalnya: menycicil
menjual                     lafalnya: menyjual
menjaga                    lafalnya: menyjaga
Dalam bahasa keseharian, terutama kata serapan dari bahasa asing, bunyi nasal pada bentuk dasarnya tidak diluluhkan. Contoh:
mensukseskan
mensitir
menstandarkan
mensosialisasikan

Bentuk meng- digunakan apabila bentuk dasarnya mulai dengan fonem k, g, h, kh, a, z, e, dan o. Dengan catatan fonem tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan nasal yang ada pada prefiks itu, sedangkan fonem-fonem yang lain tetap diwujudkan. Simak contoh-contoh berikut:


Mengirim
Menggali
Menghibur
Mengkhianati
Mengambil
Mengiris
Mengutus
Mengekor
Mengobrol
Mengumpulkan
Menggoda
Menghubungi
Mengkhususkan
Menyangkal
Mengincar
Mengusik
Mengelak


Mengobras

Bentuk menge- digunakan apabila bentuk dasarnya terdiri dari sebuah suku kata. Contoh:


Mengebom
Mengetik
Mengecor
Mengecat
Mengelap
Mengetes


         A.    Verba Berprefiks me- inflektif
Bentuk dasar atau pangkal verba berprefiks me- inflektif memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Jadi, bentuk dasar atau pangkal dalam pembentukan verba inflektif, di samping berbentuk morfem dasar atau akar juga termasuk verba bersufiks –kan, bersufik –i, berprefiks per-, berkonfiks per-kan dan berkonfiks per-i. Contoh:


Membaca
Melupakan
Merestui
Memperpanjang
Mempergunakan
Mempergauli
Menulis
Menidurkan
Menodai
Mempersingkat
Memperdayakan
Mempertakuti


(a)    Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal  ′melakukan
(dasar)′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
- membeli, artinya ′melakukan beli′   - menulis, artinya ′melakukan tulis′.
(b) Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal  ′melakukan kerja
      dengan alat′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan)
      dan (+ alat). Contoh:
                  - mengikir, artinya ′melakukan kerja dengan alat kikir′.
                  - memahat, artinya ′melakukan kerja dengan alat pahat′.

(c)  Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal  ′melakukan kerja
      dengan bahan′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
      tindakan) dan (+ bahan). Contoh:
- mengecat, artinya ′lakukan kerja dengan bahan cat′.
- mengelem, artinya ′lakukan kerja dengan bahan lem′.
(d) Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal  ′membuat dasar′
      apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+
      benda hasil). Contoh:
                  - mematung, artinya ′membuat patung′.
                  - menggambar, artinya ′membuat gambar′.
B. Verba Berprefiks me- derivatif
Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal:


(1)   makan, minum, mengisap.
(2)   mengeluarkan.
(3)   menjadi.
(4)   menjadi seperti.
(5)   menuju.
(6)   memperingati.




(a)    Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan) atau (+ minuman) atau (+ isapan). Contoh:
                  - merokok, artinya ′menghisap rokok′     - menyoto, artinya ′makan soto ′.
(b) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal mengeluarkan
      (dasar) apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (bunyi) atau (+
      suara). Contoh:
      - mengeong, artinya ′mengeluarkan bunyi ngeong′.
      - mengaum, artinya ′mengeluarkan bunyi ngaum′.
(c) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal menjadi (dasar)
     apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan, ) atau (+
     warna) atau (+ bentuk) atau (+ situasi). Contoh :
                 - menguning, artinya ′menjadi kuning′    - meninggi, artinya ′menjadi tinggi′.
(d) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal menjadi seperti
      apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh:
                  - membatu, artinya ′menjadi seperti batu′.
                  - membaja, artinya ′menjadi seperti baja′.
(e) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal makan, minum,
      mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan)
      atau (+ minuman) atau (+ isapan). Contoh :
                  - menepi, artinya ′menuju tepi′       - mengutara, artinya ′menuju udara′.
(f) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal makan, minum,
      mengisap apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan)
      atau (+ minuman) atau (+ isapan). Contoh :
                  - menujuh hari, artinya ′memperingati hari ketujuh (kematian)
                  - menyeratus hari, artinya ′memperingati hari keseratus    (kematian)

10.  Verba Berprefiks di-
Ada dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks di- derivatif.
A.    Verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Tindakan dari verba
berprefiks me- inflektif. Maka makna gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif.
B.     Verba berprefiks di- derivatif sejauh data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.

11.  Verba Berprefiks ter-
Ada dua macam verba berprefiks ter-, yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks ter- derivatif.
A.    Verba berprefiks ter- inflektif
Verba berprefiks ter- inflektif adalah verba pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif. Makna gramatikal verba berprefiks ter- inflektif, selain sebagai kebalikan pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif, juga memiliki makna gramatikal.
(1)   dapat / sanggup.
(2)   tidak sengaja.
(3)   sudah terjadi.

(a)       Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′dapat /
        sanggup′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+    tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
        - terangkat, artinya ′dapat diangkat′.   - terbaca, artinya ′dapat dibaca′.
                       (b)  Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′tidak
      sengaja ′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
      tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
      - terangkat, artinya ′tidak sengaja diangkat′.
                              - terbaca, artinya ′tidak sengaja dibaca′.
  (c) Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′sudah
        terjadi′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
        tindakan) dan (+ keadaan). Contoh:
       - terbakar, artinya ′sudah terjadi (bakar)′.
       - terputus, artinya ′sudah terjadi (putus)′.
(d)  Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal ′yang di
       (dasar) apabila digunakan sebagai istilah bidang hukum. Contoh:
                             - tersangka, artinya ′yang disangka′   
                             - terdakwa, artinya ′yang didakwa′.





B.     Verba berprefiks ter- derivatif
Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal:
(1)   paling.
(2)   dalam keadaan.
(3)   terjadi dengan tiba-tiba.

(a)    Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ′paling′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
                     - terbaik, artinya ′paling baik′.        - tertinggi, artinya ′paling tinggi′.
(b) Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ′dalam keadaan′
                     apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+
                     kejadian). Contoh:
      - tergeletak, artinya ′dalam keadaan geletak′.
      - terdampar, artinya ′dalam keadaan dampar′.
(c) Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal ′terjadi dengan
      tiba tiba′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
      kejadian).Contoh:
      - teringat, artinya ′tiba-tiba ingat′.      - terpeluk, artinya ′tiba-tiba memeluk′.

12. Verba Berprefiks ke-
Verba berprefiks ke- digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefiks ter-. Jadi, bentuknya sebagai berikut:


Kebaca
Ketipu
Ketabrak
Kebawa
Ketangkap
Sepadan dengan
Terbaca
Tertipu
Tertabrak
Terbawa
Tertangkap



Makna gramatikal yang dimiliki, antara lain:
(1)   tidak sengaja.
(2)   dapat di.
(3)   kena (dasar).

13. Verba Berkonfiks ke-an
Verba berkonfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak dapat dikembalikan ke dalam verba aktif, seperti verba pasif di- dan verba pasif ter-. Makna gramatikal yang dimilikinya adalah:
(1)   terkena, menderita atau mengalami.
(2)   agak bersifat.
                                                




A.    Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ′terkena, menderita,
mengalami (dasar) ′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ peristiwa alam) atau (+ hal yang tidak enak). Contoh:
- kebanjiran, artinya ′terkena banjir′   - kebakaran, artinya ′menderita bakar ′.
B.  Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal ′agak (dasar)′
      apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ warna). Contoh:
      - kehijauan, artinya ′agak hijau′     - kemerahan, artinya ′agak merah′.

2.2 Afiksasi Pembentukan Adjektiv

            A.    dasar ajektiva berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar ajektiva. Yaitu, pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua yang diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan.
Pemberian afiks pe- secara langsung dapat terjadi kalau dasar ajektiva itu memiliki komponrn makna (+ sikap batin) dan memberi makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’. Misalnya: 
            -          Pemalu                  - Pendendam
-          Pemarah                - Pembenci

Pemberian prefiks pe- melalui verba berklofiks me-kan dapat terjadi apabila dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+ keadaan fisik) dan memberi makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’. Misalnya :
- Pembersih                  - Pendingin
- Pemutih                     - Penghitam

Prefiks ter- pada dasar ajektiva bertugas membentuk tingkat perbandingansuperlatif dalam suatu sistem penderajatan. Perhatikan :
-    (setinggi)             sama tinggi             tingkat sama
-    (tinggian)             lebih tinggi             tingkat lebih

           B.     dasar ajektiva berkonfiks ke-an
     Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar ajektva akn memberi makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bila ajektiva itu memiliki komponen makna (+ warna). Misalnya:
-     Kehitaman, ‘agak hitam’
-     Kemerahan, ‘agak merah’
Makna gramatikal ‘agak (dasar)’ ini sering lebih dipertegas dengan pengulangan, sehingga menjadi:
-          Kehitam-hitaman
-          Kemerah-merahan


     Dasar ajektiva dengan konfiks ke-an di atas, termaksud yang diberi pengulangan, berkategori ajektiva, sebab dapat didahului adverbia agak dan sangat. Jadi bentuk-bentuk agak kehitaman, agak kehitam-hitaman, sangat kehitaman dan sangat kehitam-hitaman adalah berterima.

            C.    Dasar Adjektiva Berklofiks me-kan
     Dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin). Misalnya:
- memalukan, ‘menyebabkan malu’.
- memilukan, ‘menyebabkan pilu’
     Dasar ajektiva dengan klofiks me-kan sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek. Jadi, bentuk-bentuk atau konstruksi-konstruksi berikut adalah berterima:
-  agak memalukan orang banyak
   Sangat memalukan orang banyak
-  agak menakutkan anak-anak           
   Sangat menakutkan anak-anak

            D.    Dasar Ajektiva Berklofiks me-i
     Dasar ajektiva berklofiks me-i memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar) pada’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa batin). Misalnya:
- mencintai, ‘merasa cinta pada’
- mengagumi, ‘merasa kagum pada’
     Dasar ajektiva dengan klofiks me-i sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek. Jadi, bentuk-bentuk atau konstruksi berikut berterima:
-       agak mencintai gadis itu.
     sangat mencintai gadis itu.
-   agak menghormati guru itu.
    sangat menghormati guru itu.




2.3 Afiksasi Pembentukan Adverbia

A. Adverbia Tunggal
        Adverbia tunggal dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu adverbia yang berupa kata dasar, adverbia yang berupa kata berafiks dan adverbia yang berupa kata ulang.
1. Adverbia yang berupa kata dasar hanya terdiri atas satu kata dasar. Karena jenis adverbia  dasar tegolong  ke dalam kelompok kata yang keanggotaannya tertutup,maka jumlah adverbia yang berupa dasar itu tidak banyak.
2. Adverbia berupa kata berafiks dipeoleh dengan menambahkan gabungan afiks
    se—nya atau afiks –nya pada kata dasar. Afiks se—nya seperti sebaiknya,
    seharusnya, sesungguhnya, dan sebisanya. Afiks –nya seperti agaknya, biasanya,
    tinnginya, dan kuatnya.
          3. Adverbia yang berupa kata ulang  dapat diperinci menjadi empat macam, yaitu :
1. Pengulangan kata dasar
    Contoh: anak itu diam-diam keluar.
2. Pengulangan kata  dasar dan penambahan afiks se-,
    Contoh : sepandai-pandai guru ,ia tidak boleh meremehkan muridnya.
3. Pengulangan kata dasar dan penambahan sufiks –an,
    Contoh : mereka berdagang kecil-kecilan di kampus.
4. Pengulangan kata dasar  dan penambahan gabungan afiks se—nya.
    Contoh: melompatlah setinggi-tingginya.

B. Adverbia Gabungan
Averbia gabungan terdiri atas dua adverbia yang berupa kata dasar. Kedua kata dasar yang merupakan adverbia gabungan itu ada yang  berdmpingan ada pula yang tidak berdampingan, seperti contoh berikut :
          ·  Adverbia berdampingan:
             Kami hampir selalu bersama-sama ke kampus.
          ·  Adverbia yang tidak berdampingan:
             Kamu hanya membuang-buang waktu saja.

C. Adverbia dari Segi Perilaku Sintaksis
Adverbia dari segi perilaku sintaksisnya dapat di lihat  berdasarkan posisinya terhadap kata  atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh adverbian yang bersangkutan. Atas dasar itu dapat di bedakan menjadi empat macam posisi adverbia, yaitu :
a.       Adverbia yang mendahului kata yang diterangkan
      Contoh: Ia lebih tinggi dari kakaknya.
b.      Adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan.
      Contoh: Jelek benar kelakuannya.
c.       Adverbia yang  mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan.
      Contoh: Sekarang barang-barang elektronika amat mahal harganya.
d.      Adverbia yang mendahului dan mengikuti  kata yang diterangkan.
      Contoh: saya yakin bukan dia saja yang pandai.
      Prilaku sintaksis adverbia pada kalimat-kalimat yang di contohkan memperlihatkan bahwa, dari segi lingkup strukturnya,yang di terangkan atau dijelaskan oleh adverbia itu terbatas pada satuan atau tataran frasa saja. Ada pula averbia yang menerangkan  satuan atau tataran yang lebih tinggi, yaitu yang berupa klausa atau kalimat.
·        Seharusnya dia datang sebelum pukul sembilan.
·        Sebaiknya saudara tidak usah hadir.
·        Penjelasan bapak agaknya tidak mereka pahami.
         Pada contoh diatas seharusnya, sebaiknya, dan agaknya tidak memberikan keterangan pada predikat kalimat yang bersangkutan, tetapi pada seluruh kalimat. Pada contoh “ seharusnya dia datang sebelum pukul sembilan “ mengacu pada klausa “dia datang sebelum pukul sembilan”
           Berdasarkan lingkup strukturnya, terdapat perbedaan  antara bentuk yang mengacu  pada tatran frasa dan bentuk yang mengacu pada tataran kalimat. Bentuk yang mengacu pada tataran frasa merupakan adverbia intraklausal, sedangkan bentuk yang mengacu pada tataran klausa merupakan adverbia ekstraklausal.
         Adverbia intraklausa mengacu pada frasa dan adverbia ekstraklausa pada kalimat, meskipun posisi sintaktisnya mengalami perubahan.
Contoh:
a. Dia benar-benar memperhatikan nasihat orang tuanya.
b. Dia memperhatikan benar-benar nasiahat orang tuanya.
c. Benar-benar dia memperhatikan nasihat orang tuanya.







BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
      Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar, imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada sembilan, yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi afiks.
            Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan    tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses morpologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi, dan Proses Pemajemukkan.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi. Jakarta : Rineka Cipta


Ramlan,M. 2009. Morfologi. Yogyakarta : CV Karyono